Bagaikan Menulis Disaat Perang Dunia II

Bangun tidur atau bahasa manjanya "angun bobo" biasanya merupakan kejadian di mana gw berada pada keadaan paling bodoh (bengong kaya nungguin nomor togel keluar keluar dari pohon beringin) untuk beberapa menit, gak heran muka manja dan imut-imut yang sebenarnya gak beda jauh dan beda tipis dengan muka blank dan bloon menjadi andalan dan pilihan gw setiap pagi.

Bloon

 Tapi pagi ini beda (NP: OST Sinetron Cinta Fitri 2) gw berasa otak gw loading nya cepat, gw berasa pakai prosesor i7, RAM 2GB DDR3, HD 500GB, pakai VGA ATI RADEON 2GB, garansi 1 Tahun, kredit bunga 0% (lhaaa?? jualan??). Sebenarnya gw rada cemberut sih pagi ini muka gw dah mirip pantat nenek-nenek yang lagi nyimeng. Mimpi gw belum tuntas dan gw harus kebangun secara tiba-tiba, kost gw lagi berisik yang spektakuler nih, bunyi mesin bor dan mesin pemotong baja, besi dan sejenisnya paling dominasi (jadi lw bisa bayangin berisik suaranya).

Margosari II/12 lagi Renovasi

Saking kaget dan kesalnya gw buka lemari gw dari bawah tumpukan baju Hello Kitty dan t-shirt bergambar Shiren Sungkar gw ambi sepucuk pistol yang gw beli waktu gw dan keluarga gw lagi wisata ke Rusia, keluar pintu kamar dengan menodongkan pistol ke arah para pekerja yang saat itu juga kaget menyadari kehadiran extrem gw. Gak pikir panajang (dan emang gw gak bisa mikir panjang-panjang) ke- 4 pekerja tersebut gw tembak dengan membabi buta. Gw merencanakan hari ini juga mau melarikan diri ke Meksiko dengan modal pasport kadaluarsa (hehehe.... gw becanda :p )

Pitol

Cerita sebenarnya adalah gw langsung dapat ide buat posting sesuatu berhubung dengan masalah Ide yang lagi gencar gw bahas dalam 2 Judul posting terdahulu.
Jiwa PETANG (Penulis Tanggung) gw langsung keluar kaya pecahan bisul yang udah matang di pantat, rasa ditantang gw mulai menghidupkan laptop dan mulai mengandalkan modem dengan kuota pas-pasan (bener loh, kartu yang gw pake nih kalau kuotanya habis lambat nye cam kure-kure saje)
di bawah deru mesin-mesin yang bagaikan desingan peluru dan ledakan bom ini gw mulai mencoba menulis apa yang ada dipikaran gw.

Sesaat gw sempat berhenti untuk beberapa menit, sangat susah buat konsentrasi dan susah menentukan kelanjutan tulisan, namun jiwa PETANG gw sudah terlanjur tertantang, dan gw pantang untuk terlentang apalagi ngangkang (mendingan nungging).

Di edisi "Bagaikan Menulis Disaat Perang Dunia II" ini secara resmi gw menyatakan diri gw sendiri telah berhasil melakukan posting di bawah hingar bingar para pekerja bangunan dan mesin-mesinnya. Sekali lagi Ide datang gak pilih-pilih, saat ide datang jangan biarkan dia cuma mampir, tapi jamulah dia ajak ngobrol, buat dia merasa nyaman saat mengunjungi lw, besok-besok dia bakal cerita ke teman-temannya agar sering mampir ke otak lw.